Friday , April 19 2024
Home / Berita / Laba APLN Melonjak 108,3 Persen

Laba APLN Melonjak 108,3 Persen

Jakarta – PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) catat kinerja positif di sepanjang tahun 2017, dengan berhasil membukukan laba bersih mencapai Rp1,36 triliun.

Corporate Secretary APLN, Justini Omas mengungkapkan, jumlah tersebut meningkat 108,3 persen jika dibandingkan dengan perolehan laba di 2016 sebesar Rp653,1 miliar.

Perolehan itu didorong oleh perolehan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp7,04 triliun atau meningkat sebesar 17,2 persen dari tahun sebelumnya Rp6 tiliun.

“Penjualan tumbuh 22,4 persen dari Rp4,36 triliun menjadi Rp5,34 triliun dan sewa lain-lain atau pendapatan berulang naik 3,5 persen dari Rp1,63 triliun yang dibukukan pada 2016 menjadi Rp1,69 triliun di 2017,” jelas Justini, dalam laporan keuangan yang dipublikasi perusahaan Senin, 2 April 2018.

Disisilain beban pokok penjualan dan beban langsung naik 21,4 persen dari Rp2,98 triliun di 2016, menjadi Rp3,62 triliun di 2017. Sehingga laba kotor masih bisa dipertahankan sebesar Rp3,42 triliun pada akhir tahun lalu.

Sementara itu terkait marketing sales atau penjualan pemasaran berhasil diperoleh perusahaan tahun 2017 sebesar Rp3,16 triliun atau meningkat 15,8 persen dari tahun 2016 Rp2,72 triliun.

Sekedar informasi, APLN saat ini memiliki 42 anak usaha, 11 entitas dengan kepemilikan tidak langsung melalui anak usaha, serta 3 entitas asosiasi di bidang properti di Jakarta,Karawang, Bandung, Bali, Balikpapan, Batam, Makassar dan Medan.

Dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir, Agung Podomoro telah menyelesaikan lebih dari 50 proyek properti, mayoritas ditujukan kepada segmen masyarakat kelas menengah, dengan kisaran proyek mulai dari low cost apartment hingga high end apartment di bilangan Jakarta Selatan, high end dan neighbourhood mall, shop houses, hotel dan office tower.

Kebangkitan Pasar Properti Tergantung Pengembang

Sebelumnya, CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengatakan, karakteristik pasar properti di Indonesia mengikuti kaidah supply driven. Artinya kebangkitan pasar properti lebih dikarenakan aksi-aksi yang dilakukan para pengembang. Bukan demand driven.

“Karena kalau permintaan sebenarnya pasar properti Indonesia tidak akan kehabisan daya beli, apalagi segmen menengah atas,” jelasnya saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Kondisi tersebut terjawab karena meskipun daya beli dan permintaan cukup besar, namun penjualan properti relatif masih tertahan.

Ia menjelaskan para investor selama tahun 2017 belum menemukan produk yang sesuai karena perilakunya yang semakin selektif.

Banyaknya investor yang terbuai harga terlalu tinggi pada periode booming 2010-2012 membuat mereka semakin berhati-hati membeli dengan harga yang sudah terlalu tinggi.(DM)

Cek juga

SIG Salurkan Bantuan dan Santunan di 7 Provinsi dalam Rangkaian Safari Ramadan 1445 H

Jakarta, Lantaibursa.id – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) kembali menggelar kegiatan Safari Ramadan untuk …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *