Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) bersama PT Sarana Multi Finansial (Persero) (SMF) mencatatkan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) senilai Rp1 triliun. Efek yang bernama SMF-BTN 02 kelas A ini merupakan efek kedua yang diterbitkan oleh BTN dengan skema Surat Partisipasi.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, perseroan sudah menerbitkan produk EBA bersama dengan SMF sebanyak 9 kali. Tingginya minat pasar akan produk EBA yang ditawarkan membuat perseroan percaya diri untuk terus menerbitkan produknya. “Produk EBA cukup digemari oleh para investor karena merupakan produk investasi yang aman dan menguntungkan dengan agunan asset KPR yang nilainya terus naik,”katanya di Bursa Efek Indonesia, Rabu (9/11).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, BTN bersama SMF telah menginisiasi transaksi Sekuritisasi KPR sejak tahun 2009. Total sekuritisasi KPR yang telah diterbitkan sampai dengan saat ini dengan skema KIK EBA mencapai Rp. 5,455 Triliun. Sementara skema EBA-SP baru sebesar Rp 200 Milyar.
Transaksi sekuritisasi asset ini menunjukkan komitmen Bank BTN untuk mempelopori pengembangan pasar modal dan produk EBA merupakan sesuatu yang perlu didukung. Melalui transaksi sekuritisasi ini, Bank BTN dapat memanfaatkannya sebagai sumber dana penyaluran KPR baru sekaligus menjaga rasio kecukupan modal. “Diharapkan dengan transaksi sekuritisasi ini akan memberikan peluang yang cukup besar bagi Bank BTN dalam mendukung pembiayaan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah, sekaligus dalam rangka mendukung program sejuta rumah yang menjadi program pemerintah saat ini, tegas Iman menambahkan,” terangnya.
Ia menjelaskan, EBA-SP SMF-BTN 02 yang dicatatkan di bursa efek tersebut bernilai total Rp 1 Triliun dengan masing-masing dibagi dalam dua seri. EBA seri A1 senilai Rp 400 Miliar dengan jangka waktu 2 tahun. Kemudian EBA seri A2 senilai Rp 513 Miliar dengan jangka waktu 5 tahun. Suku bunga masing-masing ditetapkan untuk Seri A1 suku bunga 8,15 persen dan Seri A2 suku bunga 8,75 persen. EBA-SP seri A ini mendapatkan rating id AAA.
Lebih lanjut Imam menuturkan bahwa dana hasil penerbitan EBA-SP akan digunakan seluruhnya untuk melakukan pembiayaan rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pasalnya, rumah merupakan kebutuhan pokok, kebutuhan rumah akan selalu meningkat bersamaan dengan bertambahnya penduduk. Saat ini penduduk Indonesia mencapai 257 juta jiwa, dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun.Dengan proyeksi ini kenaikan kebutuhan rumah mencapai 800 ribu unit per tahun.
“Penerbitan ini dananya akan kita gunakan untuk biayai 10.000 unit rumah. Itu kalo digunakan seluruhnya. Tapi, karena ada subsidi pemerintah 90 persen. Jadi, bisa sampai 100 ribu unit rumah kpr subsidi FLPP,” tukasnya.