Acset Indonusa Bukukan Kenaikan Laba Bersih 63% di 2016
JAKARTA – PT Acset Indonusa Tbk (ACST) meraih peningkatan pendapatan sebesar Rp1,79 triliun, naik 32,2% dibanding periode yang sama tahun 2015, sebesar Rp1,36 triliun. Laba bersih juga meningkat sebesar 63% menjadi Rp68,33 miliar dari Rp41,92 miliar di tahun 2015.
Target perolehan kontrak baru yang telah ditetapkan pada awal tahun 2016 berhasil dilampaui sejauh 7,8% atau setara dengan Rp3,77 triliun. Awalnya, perseroan menetapkan target kontrak baru yakni Rp3,5 triliun.
“Peningkatan signifikan ini didukung oleh naiknya pendapatan usaha, efisiensi beban umum dan administrasi yang telah dicapai sepanjang tahun 2016,” jelas, Maria Cesilia Hapsari, Corporate Secretary & Investor Relations ACST dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (24/2/2017).
Ia menguraikan, sektor fondasi memberikan kontribusi sebesar 19% terhadap pendapatan konsolidasi, sektor konstruksi 79 persen, dan sektor infrastruktur hanya hanya 2%.
Perseroan tengah mengerjakan proyek-proyek dengan jumlah kontrak sebesar Rp5,02 triliun, yang terdiri dari proporsi carry over order tahun 2015 sebesar Rp1,52 triliun dan carry over order tahun 2016 sebesar Rp3,5 triliun.
Beberapa kontrak besar yang didapatkan pada 2016 adalah proyek Indonesia 1 (Rp1,8 triliun), proyek Mixed-Use Development Gedung Indonesia 1 (Rp1,4 triliun) dari perusahaan terafiliasi, Millenium Centennial Center (Rp317,8 miliar), Apartemen Grand Mansion Borobudur (Rp81,8 miliar) dan Kino Office Tower (Rp21,4 miliar).
Pada 2017, perseroan memperoleh proyek pembangunan akses bawah tanah yang langsung terhubung dengan sarana transportasi massal Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta ke salah satu proyek prestisiusnya, Gedung Indonesia 1. Sebelumnya, proyek serupa didapatkan di Millenium Centennial Center, Sudirman, Jakarta.
Di tahun 2017, selain terus mengembangkan keahlian di bidang spesialisasinya perusahaan juga telah menetapkan fokusnya pada sektor infrastruktur melalui aliansi strategis dengan mitra yang terpercaya, baik dengan badan usaha milik negara maupun perusahaan swasta lainnya.
“Sektor infrastruktur diyakini lebih stabil dan seirama dengan strategi usaha Grup Astra dan United Tractors, serta sinergis dengan rencana prioritas pembangunan nasional pemerintah Indonesia,” pungkasnya.