Jakarta – Pada periode tiga bulan pertama tahun 2017, total pendapatan atau income industri asuransi jiwa yang dirangkum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) catat kenaikan 16,4 persen menjadi Rp56,96 triliun dibanding Rp48,94 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
“Data ini berdasarkan laporan keuangan kuartal pertama 2017 dari sebanyak 56 perusahaan asuransi jiwa dari total 58 perusahaan asuransi anggota AAJI,” kata Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/6).
Selain itu, AAJI juga mendapatkan anggota baru di sepanjang periode tersebut yaitu Asuransi Jiwa Syariah Keluarga, Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera, dan Ciputra Life.
Hendrisman menjelaskan, kontributor utama dari peningkatan income tersebut berasal dari pendapatan premi dengan porsi sebesar 75,8 persen.
Pertumbuhan total premi baru dan total premi lanjutan yang meningkat berimbas pada peningkatan total pendapatan premi sebesar 25,5 persen dari Rp34,4 triliun menjadi Rp43,17 triliun.
“Pertumbuhan pendapatan premi ini didorong meningkatnya pendapatan premi dari saluran distribusi bancassurance yang meningkat 47,5 persen dan kontribusinya mencapai 40 persen,” katanya.
Selain itu, dari saluran distribusi keagenan tercatat tumbuh 11,9 persen dan kontribusinya capai 39,2 persen. Demikian pula, saluran distribusi alternatif meningkat 18,6 persen dengan kontribusi sebesar 20,9 persen di sepanjang triwulan I 2017.
Sementara itu, Ketua Bidang Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga AAJI Christine Setyabudi menjelaskan pula, pada triwulan I 2017 total klaim dan manfaat meningkat 11,6 persen jadi Rp24,05 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp21,55 triliun.
Ia memaparkan, untuk klaim nilai tebus (surrender) meningkat 23,6 persen dibanding tahun sebelumnya Rp13,27 triliun. Klaim ini merupakan bagian terbesar dalam pembayaran klaim dan manfaat, porsinya sekitar 55,2 persen. Sisanya dikontribusikan oleh klaim penarikan sebagian (partial withdrawal) sebesar 16 persen senilai Rp3,86 triliun.
Terakhir, klaim kesehatan (medical) di awal tahun tercatat Rp2,9 triliun dimana sebesar 52 persen merupakan klaim asuransi kesehatan kumpulan dan sebesar 48 persen berasal dari klaim asuransi kesehatan perorangan.