JAKARTA – Beberapa Perusahaan Sekuritas serta Analis menilai, kalau pasar saham Tanah Air masih menjanjikan. Apalagi didukung dengan pencapaian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil tembus lebih dari level 6.000.
Melihat fakta tersebut, Tak sedikit Investor baik lokal maupun asing yang berminat mengoleksi saham-saham perusahaan yang baru akan melantai dan sudah lama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadi, tak heran kalau sejumlah perusahaan memanfaatkan momentum tersebut untuk menggelar aksi korporasi di pasar modal seperti penerbitan saham perdana (initial public offering/IPO) ataupun mencari pendanaan melalui penerbitan surat utang (obligasi).
Lalu, bagaimana dengan PT Bank DKI yang sejak lama ingin sekali mencatatkan sahamnya di bursa. Bahkan jika mengacu pada rencana bisnis perusahaan sebelumnya, perseroan menargetkan dapat menyandang status sebagai perusahaan terbuka pada tahun 2018 mendatang.
Direktur Bank DKI, Antonius Widodo mengaku, rencana membawa perusahaan melantai di bursa melalui IPO tersebut masih berjalan atau on progress. Namun, persoalan IPO ini merupakan ranah pemegang saham selaku pemilik saham Bank DKI, dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta yang menguasai 99,98% saham.
Apalagi kata Antonius, langkah yang merupakan rencana inti bank ini adalah langkah strategis yang nantinya akan sangat berdampak pada pemegang saham. “Kalau ditanya rencana IPO Bank DKI, yah saya jawab masih on progres, cuma kan Gubernurnya juga baru ganti, jadi saya belum tahu gimana nantinya. Itu juga bukan ranah saya, nanti tergantung pemegang sahamnya Bank DKI saja, “jelasnya.
Itu terkait IPO. Lalu, apakah Bank DKI masih tertarik melakukan aksi korporasi di pasar modal semisal penerbitan obligasi?
Antonius mengatakan, bahwa Bank DKI selalu mengkaji segala alternatif pendanaan guna mendukung lonjakan kebutuhan kredit perseroan ditahun mendatang. Namun perseroan memastikan kalau posisi permodalan di Bank DKI masih aman.
“Posisi capital adequacy ratio (CAR) kita itu saat ini masih cukup tebal, ada di level 28%,”tegasnya.
Diketahui perseroan pernah melakukan penawaran umum berkelanjutan (PUB) tahap I senilai Rp 500 miliar dari total Rp 1,5 triliun. Artinya, perseroan masih punya kesempatan untuk menerbitkan obligasi berkelanjutan ke tahap selanjutanya senilai Rp 1 triliun.
“Iya, kita pernah lakukan PUB senilai Rp 500 miliar dari total Rp 1,5 trilun. Namun kami belum bisa sebutkan kapan akan menerbitkan kembali sisa obligasi tersebut. Udah gitu, bunga obligasi sekarang juga gede kan, jadi nanti kita pertimbangkan,”jelasnya. (AHM)