Jakarta – Kondisi ekonomi global saat ini masih sangat dinamis serta dibayangi risiko dan tantangan yang semakin kompleks.
Itu akibat ketegangan geopolitik imbas konflik Rusia-Ukraina, tingkat inflasi dunia yang melonjak tinggi, serta dampak pandemi yang belum juga usai.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran sebagian besar masyarakat yang ingin berinvestasi di produk investasi.
Bagi masyarakat yang ingin berinvestasi berupaya mencari investasi dengan tenor jangka pendek dengan volatilitas rendah serta menawarkan imbal hasil menarik semakin tinggi.
“Kondisi perekonomian global dan dunia investasi sangat dinamis sehingga menuntut kita untuk selalu beradaptasi dalam setiap keputusan investasi,” ujar Direktur PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Danica Adhitama dalam keterangan resminya, Senin (19/9/2022).
Menjawab kebutuhan itu, Bahana TCW bekerja sama dengan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) meluncurkan produk investasi Bahana Gebyar Dana Likuid (BGDL).
Dia mengaku, BGDL merupakan Reksa Dana Pasar Uang yang dikembangkan dan disesuaikan dengan karakteristik nasabah wealth management BCA.
Produk investasi bertenor satu tahun ini menjawab kebutuhan investasi jangka pendek, memiliki imbal hasil optimum dengan mempertimbangkan likuiditas aset.
“Kami berkomitmen untuk terus menghadirkan produk dan layanan investasi yang sesuai dan memenuhi perkembangan kebutuhan investasi masyarakat,” ucap dia.
Adapun konsep investasi yang dikembangkan Bahana TCW untuk produk ini adalah dengan lebih menekankan pada penilaian risiko kuantitatif dan kualitatif (risk screening), serta kualitas perusahaan atau emiten penerbit obligasi sebagai prioritas utama tanpa mengesampingkan unsur imbal hasil yang dapat dinikmati oleh investor.
Dengan begitu, strategi alokasi aset produk ini terdiri dari 60 persen di obligasi, 38 persen di deposito, dan 2 persen di instrumen likuiditas.
“Produk ini memiliki volatilitas rendah, serta risiko penurunan nilai aktiva bersih (NAB) relatif lebih rendah dibanding reksa dana saham atau pendapatan tetap, karena produk ini mayoritas portofolionya dialokasikan pada obligasi korporasi dengan rating minimum AA,” jelasnya.
Mengingat target aset alokasi produk ini mayoritas pada obligasi, maka ada beberapa syarat obligasi yang akan dipilih atau menjadi target investasi produk ini.
Di antaranya, penerbit obligasi haruslah berstatus perusahaan terbuka dengan rating obligasi AA atau investment grade.
Selain itu, kapitalisasi pasar minimal Rp200 miliar dengan tenor tidak lebih dari satu tahun setiap seri obligasi.
Sementara syarat untuk penempatan di instrumen deposito adalah produk ini hanya akan berinvestasi di bank BUKU 2, 3, dan 4 dengan aspek kecukupan modal sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu di atas 10 persen.
“Selain harus memiliki fundamental dengan laba yang positif, bank tersebut haruslah memiliki persentase penempatan deposito terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak lebih dari 10 persen, serta tingkat kredit macet atau non performing loan (NPL) di bawah 5 persen,” tukas dia.