Jakarta – Pasar obligasi diprediksi akan semakin menarik pasca-Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00 persen pada Rabu 21 Februari 2024 lalu.
Tahun 2024 ini diyakini akan menjadi tahun di mana akan terjadi penurunan suku bunga yang diprediksi akan dimulai pada Juli 2024.
PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) meyakini BI akan melakukan pemangkasan suku bunga setidaknya pasca-The Fed diekspektasikan memulai program rate cut-nya pada Juli.
Hal ini berdasar pada proyeksi terbaru The Fed yang menyatakan akan menurunkan tingkat suku bunga/FFR (Fed Fund Rate) sebanyak tiga kali sepanjang 2024, lebih sedikit dari proyeksi pasar yang sempat mencapai enam sampai tujuh kali penurunan suku bunga di 2024.
Ekonom Senior Bahana TCW Emil Muhammad mengatakan proyeksi penurunan suku bunga ini menjadi tambahan sentimen positif dari domestik untuk obligasi di 2024.
Selain, uncertainty atau ketidakpastian terkait Pemilihan Presiden sudah mulai berkurang, karena pasar mengapresiasi pelaksanaan Pilpres yang berjalan kondusif dan berpotensi satu putaran.
“Kami meyakini 2024 akan menjadi tahun penurunan suku bunga yang akan berdampak pada kenaikan attractiveness dan potensi kenaikan pasar obligasi. Meski hal tersebut masih belum akan terlihat di kuartal pertama 2024, karena The Fed diperkirakan baru akan memulai pemangkasan suku bunganya pada Juli,” ungkap Emil dikutip dari keterangan resminya, pada Selasa (27/2/2024).
“Kami memproyeksikan Bank Indonesia juga akan melakukan penyesuaian dengan melakukan menurunkan suku bunga setelahnya,” tambah Emil.
Menurut dia, potensi obligasi ini juga didorong oleh sentimen positif dari dalam negeri, meski perekonomian global masih dibayangi ketidakpastian.
Dari dalam negeri, Indonesia mengalami surplus perdagangan selama 45 bulan berturut-turut yang merupakan rekor terpanjang pascareformasi.
Selain itu, selama kuartal I-2024, berbagai belanja pemerintah dan masyarakat akan didorong oleh gelontoran dana perlindungan sosial, kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), dan kenaikan UMR.
Dari sisi swasta, Emil menambahkan, respon positif pelaku bisnis atas pelaksanaan Pemilihan Presiden yang lebih singkat akan mendorong pelaku bisnis untuk melakukan penghitungan kebutuhan pendanaan untuk bisnisnya, hal ini berpotensi meningkatkan jumlah penerbitan obligasi korporasi.
Jumlah penerbitan obligasi korporasi di 2024 diprediksi akan meningkat dibanding 2023 lalu.
Merujuk pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) emisi obligasi korporasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2023 sebanyak 107 emisi dari 57 perusahaan dengan nilai Rp 117,80 triliun.
Sementara pemerintah melakukan penerbitan Surat Berharga Negara atau SBN Ritel sepanjang 2023 sebesar Rp 147,42 triliun.
Capaian tersebut diperoleh melalui penerbitan tujuh seri SBN ritel yang ditawarkan pemerintah yakni SBR012, SR018, ST010, ORI023, SR019, ORI024, dan ST011.