Jakarta, lantaibursa.id- PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau Latinusa menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$2,2 juta untuk tahun 2024. Adapun dana capex tersebut akan dipergunakan untuk mendukung produksi atau operasional perseroan.
“Terkait capex itu, bagaimana kita bisa mempertahankan produktifitas. Nilai capex tahun ini diangka 2,2 juta Dollar. Alokasinya lebih kepada investasi untuk melengkapi di pabrik tinplate kami, supaya kapasitas produksi terjaga dan kualitas produk kami bisa memuaskan pelanggan,” ujar Direktur Utama NIKL, Jetrinaldi dalam acara Public Expose Insidentil, yang digelar, Kamis (21/3/2024).
Jetrinaldi menambahkan bahwa perseroan tahun ini terus berupaya untuk dapat mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun 2023. Untuk volume penjualan tahun ini, ditargekan tumbuh sekitar 19% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari kapasitas produksi saat ini sekitar 160.000 metrik ton per tahun. Dengan demikian, diharapkan Perseroan dapat mengantongi laba bersih di tahun 2024.
“Kami akan meningkatkan penjualan serta melakukan efisiensi mulai dari dibiaya produksi dan biaya lain-lainnya. Dengan begitu, kita berharap bisa memperoleh laba pada tahun ini,” katanya.
Mengenai kenaikan saham hingga di suspensi BEI, manajemen persero menegaskan bahwa pihaknya tidak mengetahui penyebab terjadinya volatilitas pada saham NIKL di Pasar (Bursa).
Jetrinaldi mengungkapkan, Perseroan beserta jajaran Direksi dan Dewan Komisaris tidak mengetahui, tidak menerima, mendengar, maupun membaca informasi yang beredar sebagai rumor tentang Perseroan maupun terhadap jajaran Direksi dan Dewan Komisaris.
“Terhadap volatilitas dan aktivitas pergerakan harga saham Perseroan, merupakan mekanisme dari pasar atau ada demand dan suply, dan itu diluar kendali Perseroan. Adapun atas semua informasi material telah disampaikan oleh Perseroan kepada Pemegang Saham atau Masyarakat melalui keterbukaan informasi,” jelasnya
Sebagai informasi, saat ini saham NIKL masih di suspensi oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Dihentikannya saham NIKL tersebut lantaran mengalami kenaikan secara signfikan.
Kronologinya, pada tanggal 14 Maret 2024, Bursa melalui Pengumuman UMA telah melihat adanya kenaikan harga saham NIKL ke harga Rp 430 per saham. Harga saham semakin meningkat pada tanggal 15 Maret 2024 ke level Rp 520. Kemudian pada tanggal 18 Maret 2024, Bursa melakukan suspensi kepada Perseroan; dan tanggal 19 Maret 2024, Bursa membuka suspensi dan harga ditutup di Rp 625. Karena masih berlanjut naik, pada tanggal 20 Maret 2024, Bursa kembali melakukan suspensi kepada Perseroan.
Artinya, dalam sepekan terakhir harga saham NIKL naik hingga 56,25%. Sementara dalam kurun waktu satu bulan, harga saham NIKL melonjak hingga 134,96% atau berada di level Rp 625 per saham.
Terkait pangsa pasar atau market share, Jetrinaldi mengaku, market share perusahaan di tahun 2023 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, market share perusahaan mencapai 65,48% dibanding tahun sebelumnya 58,63%.
“Kami selalu berusaha untuk terus mempertahankan market share. Dan target kita itu, akan kami pertahankan di 60% untuk market share tahun ini,” pungkasnya. (*)